• INFO UAD
  • INFO FTI
  • INFO PMB
  • PORTAL UAD
  • Bahasa Indonesia
  • English
Laboratorium Program Studi Informatika
  • PROFIL
    • Visi, Misi dan Tujuan
    • Pimpinan Lab
    • Laboran
    • Struktur Organisasi
  • PRAKTIKUM
    • Pembagian Jadwal Praktikum
  • LABORATORIUM
    • Laboratorium Praktikum
    • Laboratorium Riset
  • LAYANAN
    • Surat bebas Lab
    • PTTA
  • Menu Menu

Ramadhan: Bulan Penuh Kemuliaan

Februari 17, 2025/in AIK/by Hanifahma W

Bulan Ramadhan sebentar lagi akan hadir. Apakah kita sudah mempersiapkan diri untuk menyambutnya dengan hati yang penuh keimanan dan kesungguhan? Bulan yang penuh dengan keberkahan ini menawarkan berbagai kesempatan bagi umat Islam untuk meraih pahala yang berlipat ganda.

Keutamaan Bulan Ramadhan

Bulan Ramadhan adalah waktu yang penuh kemuliaan. Rasulullah ﷺ bersabda:

“Barang siapa yang berpuasa Ramadhan dengan penuh keimanan dan mengharapkan pahala, maka diampuni dosa-dosa yang telah lalu.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

Selain itu, Rasulullah ﷺ juga bersabda:

“Ketika datang bulan Ramadhan, pintu-pintu syurga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, dan setan-setan dibelenggu.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

Allah SWT memberi kita kemudahan untuk meraih pahala dengan membuka pintu-pintu surga, menutup pintu-pintu neraka, dan membelenggu setan agar godaan menjadi lebih ringan. Hal ini menjadikan Ramadhan sebagai bulan yang sangat istimewa, di mana suasana lebih kondusif untuk beribadah dan memperbaiki diri.

Ramadhan sebagai Bulan Tarbiyah (Pendidikan)

Ramadhan tidak hanya sekadar berpuasa, tetapi juga merupakan bulan pendidikan (tarbiyah) yang mengajarkan berbagai nilai penting dalam kehidupan. Berikut adalah beberapa aspek pendidikan yang dapat kita ambil dari bulan yang penuh berkah ini:

  1. Pendidikan Kesabaran

Allah ingin kita melatih kesabaran dalam menghadapi berbagai ujian kehidupan. Puasa mengajarkan kita untuk menahan lapar, haus, amarah, dan hawa nafsu. Selain itu, kita juga diajarkan untuk bersabar dalam menghadapi tekanan kehidupan, serta dalam berinteraksi di media sosial dengan tidak melontarkan kalimat negatif atau kata-kata yang dapat merugikan orang lain. Puasa mengajarkan kita untuk lebih sabar dalam menjalani hidup ini.

      2.  Pendidikan Keikhlasan

Puasa adalah ibadah yang sangat pribadi, hanya Allah dan diri kita yang tahu apakah kita benar-benar berpuasa atau tidak. Rasulullah ﷺ bersabda dalam hadist Qudsi:

“Setiap amal ibadah anak Adam adalah untuk dirinya, kecuali puasa. Karena puasa itu untuk-Ku, maka Akulah yang akan memberikan balasannya.”
(HR. Bukhari)

Di era sekarang, banyak orang yang melakukan kebaikan untuk mendapatkan pujian atau eksistensi di media sosial. Namun, Ramadhan mengajarkan kita untuk beribadah dengan ikhlas, hanya untuk mendapatkan ridha Allah.

      3. Pendidikan Disiplin

Ramadhan mengajarkan kita tentang pentingnya disiplin dalam menjalani hidup. Segala sesuatu diatur dengan waktu yang jelas: sahur pada waktu tertentu, berbuka puasa pada waktu tertentu, dan shalat tarawih yang rutin. Ini melatih kita untuk mengatur waktu dengan baik dalam kehidupan sehari-hari. Rasulullah ﷺ bersabda:

“Amal yang paling dicintai oleh Allah adalah amal yang dilakukan secara terus-menerus meskipun sedikit.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

Melalui puasa, kita belajar untuk lebih disiplin dalam manajemen waktu, sehingga kebiasaan ini dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari setelah Ramadhan.

       4. Pendidikan Kepedulian Sosial

Di bulan Ramadhan, kita diajarkan untuk lebih peduli kepada sesama, terutama bagi mereka yang kurang mampu. Rasulullah ﷺ bersabda:

“Barang siapa yang memberi orang berbuka (di bulan Ramadhan), maka pahalanya seperti orang yang berpuasa, tanpa mengurangi sedikit pun pahala orang yang berpuasa tersebut.”
(HR. Tirmidzi)

Ramadhan mengingatkan kita untuk lebih empati terhadap orang lain, mengurangi sikap individualis, dan meningkatkan kepedulian terhadap sesama. Ini adalah waktu yang tepat untuk berbagi, baik dalam bentuk materi maupun perhatian.

Mengajarkan Keluarga dalam Ramadhan

Nilai-nilai pendidikan yang kita pelajari di bulan Ramadhan tidak hanya berlaku untuk diri kita sendiri, tetapi juga untuk keluarga kita. Rasulullah ﷺ memberikan teladan yang baik dalam hal ini:

“Apabila memasuki sepuluh hari terakhir Ramadhan, Rasulullah ﷺ mengencangkan sarungnya, menghidupkan malamnya, dan membangunkan keluarganya.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

Di sepuluh malam terakhir Ramadhan, Rasulullah ﷺ lebih giat beribadah, menghidupkan malam-malamnya dengan shalat, dan membangunkan keluarganya agar ikut meraih keberkahan dari malam-malam tersebut. Ini menunjukkan betapa pentingnya mengajak keluarga untuk beribadah bersama, sehingga seluruh anggota keluarga bisa merasakan manfaat dan kemuliaan bulan Ramadhan.

Mengejar Akhirat di Bulan Ramadhan

Bulan Ramadhan adalah kesempatan emas untuk mendekatkan diri kepada Allah, meningkatkan ibadah, dan meraih pahala yang melimpah. Rasulullah ﷺ mengajarkan kita untuk tidak terjebak dalam rutinitas duniawi yang hanya mengarah pada keuntungan sementara. Ramadhan mengajarkan kita untuk lebih fokus pada akhirat dan memanfaatkan waktu sebaik-baiknya untuk memperbaiki diri dan mendapatkan ridha Allah.

Mari kita sambut bulan Ramadhan dengan hati yang bersih, niat yang tulus, dan semangat untuk meraih keberkahan yang ada. Semoga Ramadhan kali ini menjadi momentum untuk memperbaiki kualitas ibadah kita, memperkuat kesabaran, keikhlasan, disiplin, dan kepedulian sosial, serta mempererat hubungan dengan keluarga dan Allah SWT.

(hw)

https://labtif.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-web-lab-kkk-300x95.png 0 0 Hanifahma W https://labtif.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-web-lab-kkk-300x95.png Hanifahma W2025-02-17 08:30:512025-08-27 10:15:04Ramadhan: Bulan Penuh Kemuliaan

Istiqomah dalam Bekerja: Kunci Sukses dan Keberkahan Hidup

Januari 11, 2025/in AIK/by Agung Purnomo

Istiqomah merupakan sikap konsisten, teguh, dan terus-menerus dalam menjalankan kebaikan. Dalam dunia kerja, istiqomah menjadi salah satu kunci kesuksesan. Sikap ini tidak hanya mendatangkan keberhasilan duniawi, tetapi juga keberkahan dari Allah SWT. Istiqomah dalam bekerja berarti menjalankan tugas dan tanggung jawab secara tekun, jujur, dan sesuai dengan nilai-nilai Islam, meskipun dihadapkan pada berbagai tantangan.

Allah SWT berfirman:
“Sesungguhnya orang-orang yang berkata, ‘Rabb kami adalah Allah,’ kemudian mereka tetap istiqomah, maka malaikat-malaikat akan turun kepada mereka (seraya berkata), ‘Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu bersedih; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan kepadamu.’” (QS. Fussilat: 30).


Makna Istiqomah dalam Bekerja

Istiqomah dalam bekerja adalah sikap konsisten dalam memberikan yang terbaik, menjaga integritas, dan berusaha keras dengan penuh kesungguhan. Sikap ini mencakup:

  • Ketekunan: Selalu bekerja keras tanpa mengenal lelah.
  • Kejujuran: Menjalankan pekerjaan dengan integritas tanpa menipu atau curang.
  • Komitmen: Tetap setia pada tanggung jawab meskipun ada godaan untuk berhenti atau menyerah.(ap)
https://labtif.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-web-lab-kkk-300x95.png 0 0 Agung Purnomo https://labtif.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-web-lab-kkk-300x95.png Agung Purnomo2025-01-11 14:08:482025-08-27 10:15:17Istiqomah dalam Bekerja: Kunci Sukses dan Keberkahan Hidup

Sabar dalam Menghadapi Ujian dari Allah SWT

Desember 8, 2024/in AIK/by Agung Purnomo

Sabar dalam Menghadapi Ujian: Kunci Ketenangan dan Kemenangan

Hidup adalah perjalanan yang penuh dengan ujian. Setiap manusia pasti menghadapi berbagai cobaan, baik berupa kesulitan, kehilangan, penyakit, maupun kekecewaan. Dalam Islam, ujian bukanlah tanda ketidaksayangan Allah, melainkan bentuk kasih sayang-Nya untuk menguatkan iman dan meningkatkan derajat hamba-Nya. Oleh karena itu, sikap sabar sangat penting dalam menghadapi setiap ujian kehidupan.

Allah SWT berfirman:
“Dan sungguh, Kami akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Baqarah: 155).


Makna Sabar dalam Islam

Sabar bukan hanya sekadar menahan emosi atau menerima keadaan tanpa perlawanan, tetapi lebih dari itu. Sabar adalah sikap teguh dalam menghadapi kesulitan, tetap taat kepada Allah, dan tidak berputus asa dari rahmat-Nya.

Rasulullah SAW bersabda:
“Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin. Semua urusannya baik baginya, dan itu tidak dimiliki kecuali oleh orang beriman. Jika ia mendapatkan kesenangan, ia bersyukur, maka itu baik baginya. Dan jika ia ditimpa kesusahan, ia bersabar, maka itu baik baginya.” (HR. Muslim).(ap)

https://labtif.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-web-lab-kkk-300x95.png 0 0 Agung Purnomo https://labtif.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-web-lab-kkk-300x95.png Agung Purnomo2024-12-08 13:06:232025-08-27 10:15:30Sabar dalam Menghadapi Ujian dari Allah SWT

Lebih Dekat dengan Allah SWT

November 27, 2024/in AIK/by Agung Purnomo

Dekat dengan Allah SWT adalah impian setiap Muslim yang menginginkan kedamaian hati, keberkahan hidup, dan kebahagiaan dunia akhirat. Ketika seseorang mendekatkan diri kepada Allah, ia akan merasakan ketenangan jiwa yang tak tergantikan oleh apa pun. Dalam Al-Qur’an, Allah berjanji akan selalu dekat dengan hamba-Nya yang berusaha mendekat:
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), sesungguhnya Aku dekat…” (QS. Al-Baqarah: 186).

Berikut adalah langkah-langkah untuk menjadi lebih dekat dengan Allah SWT:


1. Perbanyak Ibadah dan Dzikir

Mendekatkan diri kepada Allah dimulai dengan memperbanyak ibadah wajib seperti salat lima waktu dan melengkapinya dengan ibadah sunnah seperti salat tahajud, dhuha, dan puasa sunnah. Selain itu, dzikir atau mengingat Allah adalah cara terbaik untuk merasakan kehadiran-Nya.

Allah berfirman:
“Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Ra’d: 28).

Tips:

  • Biasakan membaca dzikir pagi dan petang.
  • Perbanyak bacaan tasbih, tahmid, takbir, dan istighfar dalam keseharian.

2. Membaca dan Merenungi Al-Qur’an

Al-Qur’an adalah firman Allah yang berisi petunjuk untuk hidup. Dengan membaca dan merenungi ayat-ayat-Nya, kita akan merasakan kedekatan dengan Sang Pencipta.

Langkah-langkah:

  • Sisihkan waktu setiap hari untuk membaca Al-Qur’an, walau hanya beberapa ayat.
  • Pelajari tafsirnya agar memahami makna yang terkandung dalam setiap ayat.
  • Amalkan ajaran-ajarannya dalam kehidupan sehari-hari.

3. Berdoa dengan Tulus dan Penuh Keyakinan

Berdoa adalah wujud komunikasi langsung antara hamba dan Tuhannya. Allah SWT senantiasa mendengar doa setiap hamba-Nya, terutama yang tulus dan penuh keyakinan.

Nabi Muhammad SAW bersabda:
“Doa adalah ibadah.” (HR. Tirmidzi).

Tips:

  • Luangkan waktu khusus untuk berdoa, terutama di waktu mustajab seperti sepertiga malam terakhir, setelah salat, atau saat hujan turun.
  • Jangan lupa berdoa untuk kebaikan dunia dan akhirat.
https://labtif.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-web-lab-kkk-300x95.png 0 0 Agung Purnomo https://labtif.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-web-lab-kkk-300x95.png Agung Purnomo2024-11-27 10:03:232025-08-27 10:15:43Lebih Dekat dengan Allah SWT

Menuntut Ilmu Adalah Ibadah

November 6, 2024/in AIK/by Agung Purnomo

Menuntut Ilmu Adalah Ibadah: Jalan Menuju Keberkahan Hidup

Menuntut ilmu memiliki kedudukan yang sangat tinggi dalam Islam. Tidak hanya menjadi kebutuhan hidup untuk meningkatkan kualitas diri, menuntut ilmu juga termasuk ibadah yang mendapatkan pahala besar di sisi Allah. Islam memandang ilmu sebagai cahaya yang membimbing manusia dalam menjalani kehidupan, mendekatkan diri kepada Allah, dan membawa manfaat bagi sesama.

Makna Menuntut Ilmu dalam Islam

Menuntut ilmu tidak sekadar memperoleh pengetahuan duniawi, tetapi juga sarana mendekatkan diri kepada Allah. Nabi Muhammad SAW bersabda:
“Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap Muslim.” (HR. Ibnu Majah).

Artinya, ilmu memiliki peran penting dalam menjalankan ibadah dan kehidupan. Dengan ilmu, seseorang mampu memahami hukum-hukum Allah, melaksanakan ibadah dengan benar, dan menjalani hidup sesuai dengan ajaran Islam.

Mengapa Menuntut Ilmu Itu Ibadah?

  1. Bernilai Pahala di Sisi Allah
    Setiap langkah dalam mencari ilmu dihitung sebagai ibadah. Rasulullah SAW bersabda:
    “Barang siapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim).
  2. Mendekatkan Diri kepada Allah
    Dengan ilmu, seorang hamba akan lebih mengenal Allah melalui ciptaan-Nya, memahami makna kehidupan, dan meningkatkan keimanan.
  3. Memberikan Manfaat untuk Sesama
    Ilmu yang diamalkan dan diajarkan kepada orang lain adalah sedekah yang tidak terputus. Rasulullah SAW bersabda:
    “Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau anak saleh yang mendoakannya.” (HR. Muslim).
  4. Memperbaiki Akhlak dan Kepribadian
    Ilmu membuat seseorang lebih bijaksana, memahami mana yang benar dan salah, serta menjauhkannya dari kebodohan dan kesesatan.(ap)
https://labtif.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-web-lab-kkk-300x95.png 0 0 Agung Purnomo https://labtif.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-web-lab-kkk-300x95.png Agung Purnomo2024-11-06 11:00:522025-08-27 10:15:58Menuntut Ilmu Adalah Ibadah

Mengaji Untuk Ketenangan Hati

Oktober 26, 2024/in AIK/by Agung Purnomo

Mengaji untuk Ketenangan Hati: Menemukan Kedamaian dalam Ayat-ayat Allah

Mengaji atau membaca Al-Qur’an bukan hanya ibadah, tetapi juga sumber ketenangan hati. Dalam kehidupan yang penuh dengan tekanan, keresahan, dan cobaan, mendekatkan diri kepada Allah melalui ayat-ayat suci dapat memberikan ketenangan yang luar biasa.

Mengapa Mengaji Menenangkan Hati?

  1. Firman Allah adalah Obat Hati
    Al-Qur’an merupakan petunjuk hidup yang mengandung banyak hikmah dan ketenangan. Allah berfirman dalam Surah Ar-Ra’d ayat 28:
    “Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.”
  2. Menenangkan Pikiran dan Jiwa
    Suara lantunan ayat-ayat suci yang merdu mampu menenangkan jiwa yang gelisah. Bahkan, mendengarkan bacaan Al-Qur’an dapat memberikan efek relaksasi yang mirip dengan meditasi.
  3. Menambah Keimanan dan Ketakwaan
    Dengan rutin mengaji, seseorang akan semakin dekat dengan Allah dan lebih yakin bahwa segala urusan dunia ada dalam genggaman-Nya. Ini akan membantu mengurangi kekhawatiran dan kecemasan.

Manfaat Mengaji dalam Kehidupan Sehari-hari

  • Mengurangi Stres dan Kecemasan
    Bacaan Al-Qur’an membawa ketenangan yang dapat membantu seseorang menghadapi berbagai masalah dengan lebih sabar dan tenang.
  • Meningkatkan Konsentrasi dan Kesabaran
    Dengan mengaji secara rutin, seseorang akan terbiasa untuk fokus, yang juga berdampak positif dalam kehidupan sehari-hari.
  • Mendapatkan Keberkahan Hidup
    Orang yang selalu berpegang teguh pada Al-Qur’an akan diberikan ketenangan dan kebahagiaan oleh Allah.(AP)
https://labtif.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-web-lab-kkk-300x95.png 0 0 Agung Purnomo https://labtif.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-web-lab-kkk-300x95.png Agung Purnomo2024-10-26 09:58:242025-08-27 10:16:11Mengaji Untuk Ketenangan Hati

Mencari Dunia Tanpa Harus Melupakan Akhirat

Oktober 7, 2024/in AIK/by Agung Purnomo

Dalam kehidupan ini, kita sering kali dihadapkan pada dua pilihan yang tampak berlawanan: mengejar kesuksesan duniawi atau mempersiapkan bekal untuk kehidupan akhirat. Islam mengajarkan bahwa keduanya tidak harus saling bertentangan, tetapi justru bisa berjalan berdampingan. Mencari dunia tanpa melupakan akhirat adalah prinsip hidup yang seimbang dan selaras dengan ajaran Islam.

1. Pentingnya Seimbang antara Dunia dan Akhirat

Sebagai umat Islam, kita diajarkan untuk tidak hanya fokus pada dunia, tetapi juga pada akhirat. Namun, bukan berarti kita harus meninggalkan urusan dunia. Dalam surat Al-Baqarah ayat 200, Allah berfirman, “Dan janganlah kamu lupakan bagianmu dari dunia.” Ayat ini mengingatkan kita bahwa dunia ini juga penting untuk dijalani, tetapi dengan tidak melupakan tujuan akhir kita, yaitu kehidupan di akhirat.

Rasulullah SAW juga mengajarkan kita untuk tidak terlalu mencintai dunia. Beliau bersabda, “Janganlah kalian mencintai dunia, karena dunia itu hanya perhiasan sementara, sedangkan akhirat adalah tempat yang kekal.” (HR. Bukhari). Mencari dunia bukanlah kesalahan, tetapi kita harus melakukannya dengan cara yang benar, yaitu dengan tetap menjaga niat dan tujuan hidup kita agar tetap sesuai dengan ajaran Islam.

2. Bekerja dengan Niat yang Lurus

Mencari dunia harus dilandasi dengan niat yang baik, yaitu untuk mencari rezeki yang halal dan memperoleh kehidupan yang layak untuk diri sendiri dan keluarga. Dalam Islam, bekerja adalah ibadah asalkan dilakukan dengan niat yang ikhlas dan sesuai dengan syariat. Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya setiap amal perbuatan itu tergantung pada niatnya, dan sesungguhnya setiap orang akan mendapatkan sesuai dengan apa yang ia niatkan.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Dengan niat yang benar, pekerjaan yang kita lakukan dapat menjadi amal jariyah yang mengantarkan kita kepada pahala dan keberkahan dari Allah SWT. Mencari dunia dengan niat yang lurus bukan hanya sekadar untuk mendapatkan kekayaan, tetapi juga untuk memenuhi tanggung jawab sebagai seorang Muslim, seperti menafkahi keluarga, membantu sesama, dan memberikan manfaat bagi masyarakat.

3. Jangan Lupa Menunaikan Kewajiban Agama

Ketika kita sibuk mencari dunia, jangan sampai kita lupa akan kewajiban agama yang harus ditunaikan. Shalat, zakat, puasa, dan haji adalah beberapa ibadah yang harus dilaksanakan oleh setiap Muslim. Meskipun kita berusaha mencari kehidupan dunia yang baik, kita tetap harus memastikan bahwa ibadah kita tidak terabaikan. Allah SWT berfirman, “Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan ruku’lah bersama orang-orang yang ruku’.” (QS. Al-Baqarah: 43).

Mencari dunia yang baik harus disertai dengan kesadaran bahwa hidup ini bukanlah hanya untuk mengejar materi, tetapi juga untuk memperbaiki hubungan kita dengan Allah dan sesama. Ketika kita menunaikan kewajiban agama, kita tidak hanya mendapatkan kebahagiaan dunia, tetapi juga memperoleh ganjaran di akhirat kelak. (ap)

https://labtif.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-web-lab-kkk-300x95.png 0 0 Agung Purnomo https://labtif.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-web-lab-kkk-300x95.png Agung Purnomo2024-10-07 15:08:232025-08-27 10:16:22Mencari Dunia Tanpa Harus Melupakan Akhirat

Berserah Diri Kepada Allah SWT

September 24, 2024/in AIK/by Agung Purnomo

Berserah diri kepada Allah SWT adalah salah satu bentuk pengabdian dan keikhlasan seorang hamba dalam menjalani kehidupan. Dalam Islam, berserah diri atau tawakkul adalah sikap penuh kepercayaan kepada Allah setelah berusaha sekuat tenaga. Tawakkul bukan berarti meninggalkan usaha, tetapi meyakini bahwa hasil akhir dari segala usaha dan perjuangan berada di tangan Allah SWT. Berserah diri adalah perwujudan dari keyakinan bahwa takdir Allah adalah yang terbaik bagi setiap hamba-Nya.

Berserah Diri Setelah Berusaha

Berserah diri kepada Allah SWT bukan berarti kita tidak berusaha, namun kita tetap melakukan ikhtiar yang terbaik dalam mencapai tujuan. Islam mengajarkan bahwa setiap hamba harus berusaha dengan sungguh-sungguh dan maksimal, kemudian menyerahkan segala urusan dan hasil akhirnya kepada Allah. Rasulullah SAW bersabda, “Jika engkau meminta, maka mintalah kepada Allah; dan jika engkau memohon pertolongan, mohonlah pertolongan kepada Allah.” (HR. Tirmidzi).

Usaha adalah bagian dari kewajiban kita sebagai umat Islam, sementara tawakkul adalah pengakuan bahwa kita tidak dapat mengatur segala sesuatu dengan kekuatan dan kemampuan kita sendiri. Hanya Allah SWT yang memiliki kuasa penuh atas segala urusan.

Mengapa Berserah Diri Itu Penting?

Berserah diri kepada Allah memiliki banyak manfaat bagi seorang mukmin. Salah satunya adalah memberikan ketenangan hati. Ketika kita bertawakkul dan yakin bahwa Allah yang mengatur segalanya, kita tidak akan merasa terbebani dengan masalah-masalah hidup. Tawakkul juga menghindarkan kita dari perasaan cemas berlebihan terhadap masa depan, karena kita tahu bahwa segala sesuatu yang terjadi adalah bagian dari takdir terbaik yang Allah pilihkan untuk kita.

Rasulullah SAW bersabda, “Seandainya kalian benar-benar bertawakkul kepada Allah dengan sebenar-benarnya, niscaya Dia akan memberi kalian rezeki sebagaimana Dia memberi rezeki kepada burung yang berangkat pagi dalam keadaan lapar dan pulang di waktu petang dalam keadaan kenyang.” (HR. Tirmidzi). Hadis ini menunjukkan bahwa Allah tidak akan meninggalkan hamba-Nya yang bertawakkul dengan sungguh-sungguh, bahkan kebutuhan hidup kita akan tercukupi dengan cara yang tidak terduga. (ap)

https://labtif.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-web-lab-kkk-300x95.png 0 0 Agung Purnomo https://labtif.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-web-lab-kkk-300x95.png Agung Purnomo2024-09-24 13:42:472025-08-27 10:16:33Berserah Diri Kepada Allah SWT

Bersyukur Atas Nikmat Allah SWT

September 12, 2024/in AIK/by Agung Purnomo

Bersyukur adalah salah satu perbuatan mulia yang sangat dianjurkan dalam agama Islam. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an, “Jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah nikmat-Ku kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (QS. Ibrahim: 7).

Bersyukur berarti mengakui segala nikmat yang diberikan oleh Allah SWT dan memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya. Bersyukur bukan hanya sekedar ucapan terima kasih, tetapi lebih kepada perbuatan dan sikap yang menunjukkan rasa terima kasih kita kepada Sang Pencipta atas segala yang telah diberikan-Nya.

Bersyukur Membawa Ketentraman

Bersyukur kepada Allah SWT akan membawa ketenangan dan kebahagiaan dalam hidup. Ketika kita bersyukur, hati menjadi lebih lapang, jauh dari perasaan dengki atau iri terhadap orang lain. Bersyukur juga menjauhkan kita dari sifat kufur nikmat, yang dapat menyebabkan kita merasa tidak puas dengan apa yang telah diberikan Allah.

Bersyukur Menambah Nikmat

Allah SWT berjanji dalam Al-Qur’an bahwa dengan bersyukur, nikmat-Nya akan ditambah. Hal ini menunjukkan bahwa rasa syukur kita adalah kunci untuk meraih keberkahan dalam hidup. “Jika kamu bersyukur, niscaya Kami akan menambah (nikmat) kepadamu.” (QS. Ibrahim: 7). Sebaliknya, jika kita tidak bersyukur, kita bisa saja kehilangan nikmat yang telah diberikan Allah.

Penutupan

Bersyukur adalah sikap hati yang sangat mulia. Dengan bersyukur, kita tidak hanya mengakui keagungan Allah, tetapi juga mendapatkan kebahagiaan dan keberkahan hidup. Marilah kita selalu berusaha untuk bersyukur dalam setiap keadaan, baik itu suka maupun duka, karena di balik setiap kejadian pasti ada hikmah yang baik bagi kita. Semoga kita selalu menjadi hamba yang bersyukur atas segala nikmat yang diberikan-Nya. (ap)

https://labtif.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-web-lab-kkk-300x95.png 0 0 Agung Purnomo https://labtif.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-web-lab-kkk-300x95.png Agung Purnomo2024-09-12 11:00:042025-08-27 10:16:45Bersyukur Atas Nikmat Allah SWT

Berita Terbaru

  • Kolokium Lab Riset 2025 #1: Menyajikan Wawasan dalam Penelitian Machine Translation dengan Neural Machine TranslationJanuari 24, 2025 - 8:50 am
  • Sertifikasi Junior Network Administrator oleh Dosen Prof. Dr. Ir. Imam Riadi, M.Kom.November 24, 2024 - 4:11 pm
  • Pelatihan Junior Network Administrator Oleh Dosen Ir. Nuril Anwar, S.T., M.Kom.November 23, 2024 - 3:59 pm

Agenda TIF

Laboratorium Program Studi Informatika

Kampus 4
Jalan Ahmad Yani (Ringroad Selatan) Tamanan, Banguntapan, Bantul, Yogyakarta 55166
Telepon : (0274) 563515, 511830, 379418, 371120
Faximille : 0274-564604
Email : laboratorium[at]tif.uad.ac.id

BERGABUNG DI UAD

© 2024 Laboratorium Program Studi Informatika | Home |

Scroll to top